Konon pada zaman dulu, ada seorang hamba Tuhan yang ikut hadir dalam sebuah pasar budak belian. Dia tidak hanya menjadi penonton, tapi ikut membeli seorang budak. Dia berhasil membeli seorang budak laki-laki yang tegap dengan kulit hitam yang mengkilat. Tapi sungguh di luar dugaan, setelah menyelesaikan transaksi pembelian langsung saja ia merobek-robek Surat bukti pembelian budak itu sambil berkata, “Mulai hari ini kau tidak berstatus budak lagi, pergilah ke manapun kau mau, jalanilah hidup ini sesuka hatimu!” Mendengar penjelasan “tuannya yang baru” itu pria berkulit hitam itu terperangah dan sangat terharu, sebab selama hidupnya belum pernah ia menjumpai seorang yang begitu mulia hatinya, mau mengorbankan jumlah besar uangnya hanya untuk menghadiahi kebebasan seorang yang belum dikenalnya.
Demi menerima anugerah besar itu, maka pria hitam itu berlutut mohon diizinkan melayani sang pahlawannya yang dermawan tadi dalam sisa hidupnya. Tentu saja permintaan itu ditolak dengan tegas sebab sang hamba Tuhan itu membebaskan tanpa pamrih. Setelah ulangkali pria kulit hitam itu memohon dengan sangat, disertai ketulusan hati melayani sebagai ungkapan terimakasihnya, maka pada akhirnya dia diterima, tidak sebagai budak tapi saudara angkat hamba Tuhan itu.
Peristiwa di atas setidaknya dapat menjelaskan kepada kita selaku pengikut Kristus, untuk melayani Dia sebagai ungkapan syukur sebab sudah terlebih dahulu menerima anugerah keselamatan, dibebaskan dari belenggu dosa. Tuhan sudah datang untuk membebaskan, maka sekarang kita menyambut Tuhan dengan penuh sukacita dan rasa syukur yang mendalam. Kita melayani sebagai orang yang bebas, kita merasa bangga dan terhormat menjadi hamba dari Tuan, sang pemilik hidup kita yang sejati.
Kabar baik yang paling baik!
Dalam hidup ini kita pandai berbasa-basi. Meskipun kita sedang dalam kondisi yang kurang baik, tapi jika ada yang menanyakan kabar kita, maka biasanya kita jawab saja “baik” bahkan belakangan ada trend “luar biasa!” Umat Tuhan di tanah pembuangan Babil waktu itu mendapat kabar yang sangat baik, sehingga sang pembawa kabar patut mendapat pujian! Meskipun di tanah pembuangan itu mereka boleh hidup agak longgar serta mendapat banyak fasilitas, tetapi kenyataan menunjukkan bahwa mereka adalah tawanan perang. Mereka berstatus sebagai tawanan yang dikuasai bangsa lain serta tidak mempunyai kebebasan untuk berbangsa dan bernegara sesuka hati. Akhirnya, suatu hari Koresh raja Persia benar-benar mengizinkan mereka untuk boleh meninggalkan Babil pulang ke negerinya sendiri! Ini adalah kabar baik yang paling baik!
– daud adiprasetya
Tinggalkan komentar
Comments feed for this article