Pada umumnya panggilan Tuhan merupakan surprise, kejutan baik bagi yang bersangkutan maupun orang-orang di sekitarnya. Hal itu menunjukkan ketidaklayakan manusia, dan kebesaran Tuhan. Jika seseorang merasa layak menerima panggilan Tuhan, tidak lagi merasa terharu dan bersyukur, berarti dia sudah mulai memandang rendah Tuhan dan menganggap Tuhan membutuhkan tenaganya, dan berhutang kepadanya.

Mengapa panggilan Samuel begitu memikat hati kita?

Karena waktu menerima panggilan Tuhan dikatakan bahwa Samuel masih muda dan kedudukannya sebagai pelayan. Ini adalah dua hal yang sangat  tidak lazim secara manusiawi. Tapi para rasul Tuhan Yesus juga diangkat dari kedudukan rendah, mereka hanya para nelayan, bahkan ada yang menjadi pemungut cukai. Di kemudian hari tampil Saulus yang justru memusuhi Yesus. Jadi dalam panggilan Tuhan, yang memikat hati bukan sang manusia tapi Tuhan sendiri. Keberadaan Samuel diam-diam juga merupakan cara Tuhan mengkritik Eli serta anak-anaknya yang tak layak menjadi keluarga Imam. Masih jauh lebih baik Samuel meski hanya seorang pelayan yang tak punya derajat yang memadai.

Sejauh mana kisah panggilan Samuel menyentuh hati kaum muda kita zaman sekarang? 

Kita memang sudah selalu melihat sejumlah (besar) kaum muda yang melayani berbagai kegiatan gerejawi. Tetapi yang tergerak hatinya untuk menjadi seorang pendeta, rasa-rasanya sangat kurang. Padahal banyak jemaat Tuhan yang saat ini tak memiliki pendeta. Apapun alasannya, keadaan itu sesungguhnya sangat memperihatinkan. Pasti ada yang tidak beres di sini, sebab saya yakin jika masih sangat dibutuhkan adanya para Hamba Tuhan maka Tuhan pasti tak henti-hentinya memanggil “para Samuel” zaman sekarang. Jemaat harus semakin peka, para orang tua juga, tapi terutama kaum mudanya. Jangan sampai panggilan penting dari Tuhan Yang Mulia, untuk ladang-Nya yang sudah menguning kita abaikan dari waktu ke waktu.

Siapakah Yesus bagi hamba yang dipanggil olehNya?

Pertama, setiap orang yang dipilih dan dipanggil oleh Tuhan Yesus menjadi murid-Nya, merasa sangat terkesan dan terpesona. Sebab Yesus memanggil dengan kewibawaan ilahi, kata-kata yang diucapkan-Nya penuh kemantapan. Setiap orang merasa sedang berhadapan dengan Tuhan sendiri.

Yang seperti ini selalu perlu dirasakan oleh setiap orang beriman zaman sekarang, saat menghadapi panggilan untuk melakukan pelayanan khusus. Filipus merasa sudah berjumpa dengan Dia yang disebut Musa dalam Kitab Taurat dan para nabi. Natanael tergetar ketika Yesus mengetahui keberadaannya. Itu berarti, dan dapat dipastikan bahwa setiap orang akan mempunyai pengalaman pribadi yang mengesankan dengan Yesus saat ini, sehubungan  panggilan-Nya sebagai  pekerja Tuhan.

Kedua, panggilan Tuhan Yesus tidak pernah sekedar formalitas, tidak pernah hanya memberi kita “embel-embel” atau sekedar jabatan tertentu, untuk menaikkan derajat kita. Tetapi selalu disertai tugas dan tanggung jawab. Sebagaimana panggilan itu penuh kesungguhan maka menjalankannya juga tidak boleh sesuka hati.

Ketiga, biasanya Tuhan Yesus menjanjikan nilai plus, misalnya “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” Markus 1:17.  “Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar  dari pada itu.” Yohanes 1:50. Perlu untuk diketahui bahwa setiap janji Tuhan pasti akan dipenuhi, sebab Tuhan tidak pernah ingkar janji. Mengapa hamba atau pelayan yang dipanggil-Nya memperoleh nilai plus dalam hidupnya, sesudah menjalankan panggilan Tuhan? Hal Itu menunjukkan bahwa kalau Tuhan memanggil maka Ia memperlengkapi hamba-Nya. Jadi nilai plus yang dianugerahkan sangat erat hubungannya dengan tugas atau pelayanannya.

-daud adiprasetya

lanjut…