You are currently browsing the tag archive for the ‘anugerah’ tag.
Ini kisah mengenai seorang ibu di akhirat. Merasa memiliki amal yang banyak ketika hidup di dunia, ibu ini kemudian bergegas menuju pintu surga. Namun langkahnya terhenti ketika seorang malaikat mendekatinya dan bertanya, ”Apakah Anda yakin bahwa nama Anda ada dalam daftar penghuni surga?” “Tentu saja,” jawab si ibu penuh percaya diri. “Bukankah saya senantiasa berbuat baik? Bukankah saya selalu menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya? Dan bukankah surga adalah balasan yang telah dijanjikan Tuhan untuk orang-orang seperti saya?”
“Baiklah,” kata si malaikat sambil tersenyum, “Anda boleh masuk ke surga kalau nilai Anda minimal 1000. Coba sekarang katakan apa yang Anda lakukan selama Anda berada di dunia.”
“Saya selalu setia kepada suami,” kata si ibu. “Anda memperoleh nilai 30,” kata malaikat.
“Saya juga menjadi pengurus rumah ibadah,” Kata malaikat, “Anda mendapat nilai 20.”
“Saya mempunyai 3 orang anak yang semuanya telah menjadi anak saleh,” “Anda mendapatkan nilai 40,” tukas malaikat.
“Saya mempunyai 20 anak asuh. Saya membiayai sekolah mereka sampai mereka bisa mandiri,” lanjut si ibu. “Nilai Anda 30.”
“Saya senantiasa membantu tetangga saya yang sedang kesulitan,” paparnya. “Nilai 20.”
“Saya sering memberi makan anak yatim,” tambah ibu itu. “Nilai Anda 20.”
Akhirnya si ibu menjadi frustrasi. Ia telah menyebutkan banyak kebaikan yang telah ia lakukan tetapi nilai yang dikumpulkannya masih sangat sedikit.
Hampir putus asa ia berujar, “Wah, kalau begini saya tidak akan masuk surga kecuali kalau ada anugerah dari Tuhan.” Mendengar hal itu si malaikat langsung berkata,“Benar sekali. Nilai Anda 1000. Silahkan masuk ke surga sekarang juga!”—dari You Are Not Alone
Pesan dari cerita di atas
Pertama, di dunia ini banyak orang yang berpendapat bahwa amal sedekah dan segala kebaikan hati kita, akan dapat menyelamatkan jiwa kita. Padahal segala perbuatan baik kita tidak sempurna sehingga tidak mampu menyelamatkan. Hanya karya Kristus yang sempurna dan mampu menyelamatkan kita.
Kedua, sekiranya amal kebaikan dapat menyelamatkan kita dari hukuman kekal dan membuat kita bisa masuk surga, alangkah enaknya itu. Amal sedekah kita betapa pun berat dan sulitnya, masih jauh lebih ringan dan enak jika dibandingkan dengan hukuman Tuhan yaitu murka Allah yang mendatangkan kebinasaan bagi kita. Maka jika kita berpendapat seperti ibu dalam cerita di atas, berarti kita hanya mau enaknya sendiri saja. Perlu diketahui bahwa untuk menebus kita Allah harus mengorbankan putera tunggal-Nya, dan Sang Putra Allah harus bersedia mati di atas kayu salib.
-daud adiprasetya
Penyemangat