You are currently browsing the category archive for the ‘Kedatangan Tuhan dan Sikap Hidup Kita’ category.

Tapi apa yang diberitakan oleh Nabi Zefanya?
Nabi yang satu ini secara optimistis menganjurkan harus ada sukacita di antara umat Tuhan sehubungan dengan masa depan. Tidak perlu kuatir tentang hukuman, tidak akan ada perang lagi, tidak ada malapetaka, penindasan dan lain sebagainya yang negatip! Yang ada adalah kemenangan di pihak umat Tuhan, kebebasan dan sukacita yang besar!

Apa yang dinubuatkan oleh Zefanya untuk umat Tuhan jaman dulu, juga berlaku untuk umat Tuhan jaman sekarang. Masa depan kita ditandai sukacita yang besar, bukan penghukuman yang mengerikan. Semua itu terjadi karena karya Tuhan. Bagi kita sekarang lebih jelas, yaitu karena karya Yesus Kristus. Ia sudah menyelesaikan tugas besarNya menebus kita, Ia sudah meraih kemenangan besar yang membebaskan kita dari segala hukuman dan derita. Karena itu maka paradigma kita harus berubah, sikap hidup kita harus dibarui. Kita tidak boleh main mata lagi dengan dosa yang telah menyebabkan Kristus tersalib, kita harus semakin dapat menghargai waktu yang masih tersisa di dunia ini, untuk memuliakan Tuhan serta bersaksi memperkenalkan Kristus kepada sesama kita.

Nabi Yesaya bicara mengenai yang belum, tetapi sudah!
Dalam menghadapi masa depannya, dia tidak gemetar atau takut sebab menaruh percaya kepada Tuhan. Dalam percayanya kepada Tuhan itu dia sudah memperoleh kekuatan bahkan sudah bisa bermazmur sebab Allah diyakini menyelamatkan hidupnya (Yesaya 12:2). Di sini kita melihat Sikap Hidup Yang Benar  dari anak-anak Tuhan sepanjang masa. Pengalaman masa lalu, hari ini dan yang akan datang dapat menyatu sedemikian kuatnya. Kalau sudah begitu berarti kita dimasukkan ke dalam Hidup Kekal, sebab di dalam hidup kekal kita sudah tidak terikat kepada waktu lagi.

Mengapa tadi Yesaya menyebut Allah sebagai “mazmurku”? Mengapa di dalam Tuhan kita mesti bermazmur atau memuji Tuhan? Mengapa kita patut bersyukur? Dalam ayat 3 dijelaskan dengan sangat indah: “Maka kamu akan menimba air dengan  kegirangan dari mata air keselamatan.” Jika anak-anak Tuhan menerapkan Sikap Hidup Yang Benar maka walau setiap harinya menghadapi berbagai persoalan, walau di sana sini ada tantangan, namun hidupnya tidak akan pernah kering, jiwanya tidak pernah kehausan. Hidup kita sudah menjadi hidup yang penuh kegirangan karena berdekatan dengan Tuhan sumber bahagia dan keselamatan kita.

Ada sebuah persekutuan doa yang diadakan di sebuah kapel misi. Seorang kuli ikut bergabung dan langsung bertelut. Dia tidak bisa memahami, bahkan pesan Injil yang paling sederhana sekalipun. Ketika semua yang hadir bersukacita, dia terus-menerus berkata, “Yesus!” karena itulah satu-satunya doa yang dia kenal. Tiba-tiba saja dia berdiri dan dengan wajah yang gembira dia berkata:”Saya hanya seorang kuli yang miskin; saya tidak mempunyai uang dan kepandaian, tetapi di dalam hati, saya memiliki kebahagiaan yang tidak terucapkan.” (Christian Herald). Demikianlah kebahagiaan hidup selalu muncul dari dalam, sesudah terjadi perjumpaan dengan Allah di hati seseorang.

– daud adiprasetya

Harus bersedia menghasilkan buah-buah pertobatan!
Dalam perjumpaannya dengan berbagai lapisan masyarakat yang minta dibaptiskan, Yohanes menekankan bahkan menuntut pertobatan dari mereka. Hal ini mengisyaratkan kepada kita bahwa sebagai gereja Tuhan kita tidak boleh “jual murah” baptisan kudus, kepada orang-orang yang mau bergabung dalam komunitas kita. Kesungguhan hati serta kualitas iman para anggota gereja harus selalu kita utamakan.

Yohanes Pembaptis menuntut buah- buah pertobatan, atau kesediaan berubah secara nyata dalam kehidupan orang-orang yang menyerahkan diri untuk dibaptiskan itu. Di sini kita melihat bahwa kehidupan moral berhubungan erat dengan kehidupan iman. Memang benar bahwa orang yang moralnya baik bukan jaminan beroleh selamat, tetapi orang yang diselamatkan Tuhan seharusnya menghasilkan kehidupan moral yang indah sebagai pengucapan syukur serta kesaksian bagi masyarakat di sekitarnya.

Ada seorang pelancong di Cina yang bertanya kepada seorang penduduk setempat apakah dia pernah membaca Injil. “Tidak” jawab orang itu, “tetapi saya pernah melihatnya! Saya melihat seorang pria yang memiliki perangai yang sangat buruk. Dia menjadi teroris bagi tetangganya. Ucapannya kasar. Dia pun seorang yang mengisap candu. Kriminal. Dia adalah binatang buas bagi sesamanya. Tetapi ajaran Yesus membuatnya menjadi pria yang lembut dan baik hati dan dia juga tidak mengisap candu lagi. Saya memang belum pernah membaca Injil, tetapi saya telah melihatnya. Dan Injil itu baik.” (Alliance Weekly)

Yohanes Pembaptis yang menjunjung tinggi Yesus
Dia telah membuang jauh-jauh peluang untuk dikagumi dan dimuliakan oleh banyak orang. Ia juga telah menepis segala dugaan bahwa dia itulah sang Mesias yang sudah lama dinanti- nantikan umat Allah. Dengan segala ketulusan hati Yohanes telah merendahkan dirinya dan baptisannya lalu meninggikan Yesus Kristus, baptisan dan karya-Nya!

Sejiwa dengan tema renungan ini maka Yohanes telah menunjuk Yesus sebagai sang Penampi Agung yang harus diperhitungkan oleh setiap orang, sebab Ia akan mengadakan penyaringan secara besar-besaran! Disebut-sebut adanya pembersihan tempat, pengumpulan gandum, bahkan pembakaran dalam api yang tidak terpadamkan! Semua itu pasti berhubungan erat dengan orang berdosa yang tidak mau bertobat, atau sikap hidup kita di dunia ini menjelang kedatangan Tuhan.

Kelemahan kita adalah bersikap terlalu longgar terhadap pelanggaran dan dosa kita sendiri. Kita sangat pemaaf  kepada diri sendiri. Sudah begitu, bisa ditambahkan: Bersikap keras dan bahkan menekan orang-orang lain. Kita juga sangat longgar terhadap masa hidup kita, selalu memandang bahwa masa depan kita masih panjang. Orang-orang muda sering merasa geli melihat para lanjut usia yang masih begitu sibuk dan repot dengan hal-hal yang tidak perlu seolah mereka masih akan hidup lama di dunia ini. Tapi jika tiba gilirannya, yaitu jika muda-mudi itu sendiri kelak sudah lanjut usia, ya sama saja akan bersikap bodoh seperti kakek-neneknya dulu. Kita lupa bahwa Tuhan akan “segera” datang atau sebaliknya kita yang harus datang kepada-Nya.

– daud adiprasetya

lanjut…

Merasa bangga menjadi anak Abraham?
Orang-orang Yahudi menyangka bahwa sebagai keturunan Abraham mereka mempunyai hak istimewa di hadapan Allah, sehingga Allah akan bersikap lunak terhadap pelanggaran mereka. Pengertian seperti ini  menumpulkan kepekaan hati nurani serta melemahkan upaya mereka untuk hidup benar di hadapan Allah. Selain itu juga membuat mereka lupa untuk menjadi penyalur berkat Tuhan.

Mengapa Tuhan sedemikian memperhatikan keberadaan mereka, mengapa Tuhan memilih mereka? Sebab Tuhan mempunyai rencana besar atas mereka, yaitu mengutus mereka di antara bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa untuk memperkenalkan Allah yang hidup dan berkarya itu, supaya pada akhirnya di dalam Yesus Kristus dunia ini diselamatkan!

Sungguh ironis bahwa Yohanes  menegur keturunan Abraham itu dengan kata-kata “Hai kamu keturunan ular beludak!” (Bukan keturunan Abraham). Lebih jauh ia menegaskan bahwa Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu! Di sini Yohanes  mau mengingatkan bahwa:
1. Allah tidak bergantung dari manusia dalam mewujudkan rencanaNya untuk menyelamatkan dunia.
2. Menjadi bangsa pilihan, atau menjadi umat Allah sebenarnya hanya anugerah semata. Bukan oleh karena pertimbangan jasa apapun di hadapan Allah. Juga bukan karena mereka adalah bangsa yang terbaik. Mereka malah disebut Allah sebagai bangsa yang  tegar tengkuknya (Keluaran 32:9). Jika kepada bangsa yang seperti itu saja Allah dapat mengasihi, berarti Ia juga sanggup mengasihi semua bangsa dan manusia di seluruh dunia ini!

Dua butir di atas tadi rasanya perlu kita camkan baik-baik. Sebab dalam hidup bergereja kadang kita juga merasa mempunyai peranan yang sedemikian pentingnya, kita menyangka bahwa kedudukan kita tidak dapat digantikan oleh orang lain. Dengan demikian kita merasa telah memiutangi Tuhan! Begitu pula sebagai gereja Yesus Kristus atau “Israel Baru” di tengah dunia ini terkesan  kita lebih menitik beratkan rasa bangga, daripada rasa syukur yang mendorong hati untuk memberkati sesama kita.

– daud adiprasetya

lanjut…

Dalam buku Champion ada cerita tentang seorang bapak tua dan kawanan angsa liar. Bapak tua hidup di pinggir danau yang setiap musim dingin menjadi tempat persinggahan sementara kawanan angsa liar, sebelum terbang ke daerah yang hangat. Suatu hari, badai dingin menghantam danau itu sehingga beberapa angsa terperangkap tanpa makanan. Si bapak tua merasa kasihan terhadap mereka lalu memberikan makan kepada kawanan itu setiap hari.

Kemurahan hati bapak tua itu dinikmati bahkan juga oleh lebih banyak angsa yang lain. Lambat laun, kawanan angsa itu lupa bahwa mereka semestinya sudah harus terbang ke tempat yang lebih hangat, tapi mereka memilih makanan gratis di situ. Suatu hari dalam musim dingin itu, si bapak tua jatuh sakit lalu meninggal dunia. Tanpa ada orang lain yang memberi makan, ratusan angsa-angsa malas itu akhirnya mati kelaparan!

Kebiasaan buruk dimulai dengan suatu kesempatan mudah demi kesempatan mudah, akhirnya menjadi kebiasaan permanen. Seperti kawanan angsa liar yang lupa diri dan membentuk kebiasaan buruk yang membahayakan jiwanya, demikian pula sikap hidup para pengikut Kristus menjelang kedatangan Tuhan yang sangat penting itu! Kita tidak fokus kepada Kristus, tetapi pada diri sendiri dan sekeliling kita. Tidak mengutamakan kesehatan rohani, tapi merusak hidup dengan berbagai kenikmatan dan hidup dosa.

Manusia patut bersyukur sebab sering diperingatkan oleh Bapa Surgawi

Dalam Alkitab dapat kita jumpai banyak bagian, banyak cara dan orang yang dipakai Tuhan untuk menegur kealpaan kita. Di hadapan Tuhan kita sering menjadi seperti anak-anak kecil yang tenggelam dalam keasyikan bermain yang berlebihan, atau yang mengandung bahaya! Coba bayangkan, andai kita menyangka hidup yang kita jalani wajar-wajar saja, padahal sebenarnya tidak diperkenan oleh Allah karena  sesat dan bertentangan dengan Firman Tuhan. Maka  kita patut bersyukur bahwa ada Allah yang peduli, mau menyapa, menegur dan memperingatkan kita supaya bertobat!

– daud adiprasetya

lanjut…

Masukkan alamat surat elektronik Anda untuk mengikuti blog ini dan menerima pemberitahuan tentang tulisan baru melalui surat elektronik.

Bergabung dengan 2.613 pelanggan lain

Blog Stats

  • 47.928 hits

Arsip